Bandung menjadi salah satu pasar potensial bagi furniture kelas premium. Sebabnya, hingga saat ini, para pelaku usaha di produk tersebut masih belum terlalu banyak. Sementara di sisi lain, para konsumennya semakin banyak dan pertumbuhan penjulannya tumbuh sekitar 15 persen setiap tahun.
Hal tersebut disampaikan Pemilik Lorenza Furniture, Andre Loren di sela Grand Opening Showroom Gallery Lorenza Furniture di Jln. Raya Panyawangan, Kab. Bandung Barat, Rabu (8/1/2014). Menurutnya, dengan kehadiran showroom gallery di daerah tersebut, kontribusi konsumen dari Bandung Raya terhadap penjualan total produk tersebut bisa mencapai 50 persen.
“Selama ini konsumen asal Bandung Raya memberikan kontribusi terhadap total penjualan sekitar 5-10 persen. Dengan catatan, kami belum membuka showroom gallery di sekitar Bandung Raya dan hal tersebut dilakukan konsumen asal Bandung Raya yang datang ke showroom di Jakarta. Oleh karena itu, saya yakin kedekatan showroom gallery dengan konsumen Bandung Raya akan meningkatkan penjualan secara signifikan di daerah tersebut,” kata Andre.
Namun demikian, kendati segmen dari produk premium furniture merupakan masyarakat yang memiliki daya beli tinggi, kenaikan nilai tukar dolar AS terhadap rupiah sempat menurunkan angka penjualan sebesar 30 persen. Meski menurut Andre, turunnya daya beli teresebut bukan dikarenakan turunnya daya beli konsumen produk tersebut, tapi lebih ke efek psikologis yang ditimbulkan dari melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
“Pada umumnya mereka cukup terkejut dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang menimbulkan kenaikan harga cukup tinggi pada produk premium furniture impor. Apalagi, memang perusahaan kami bergerak di produk-produk impor yang sangat dipengaruhi oleh nilai tukar dolar AS,” tutur Andre.
Kendala lain yang biasanya dihadapi oleh para pelaku usaha furniture adalah adanya bajak membajak model furniture. Mengantisipasi hal tersebut, Andre mengatakan, produk yang ia pasarkan terus memperbaharui model setiap beberapa bulan dan dijual dengan jumlah terbatas. Dengan demikian, sifatnya pun eksklusif. Terlebih lagi, diferensiasi dilakukan perusahaan tersebut dengan menggunakan bahan baku yang tidak mudah didapat.
“Kami bisa menghadirkan produk dengan bahan baku kulit yang memiliki warna unik dan tidak mudah didapatkan. Dengan demikian, sangat sulit bagi pabrikan lain untuk melakukan tiru meniru terhadap produk kami,” katanya.
Menurut Andre, melakukan usaha pada home furniture lebih memiliki peluang dibandingkan pada office furniture. Sebabnya, berbeda dengan office furniture yang pada umumnya bersifat kaku, model pada home furniture lebih beraneka ragam dan terus-menerus diperbaharui. Dengan demikian, Lorenza Furniture bergerak pada bagian tersebut.
Ketika ditanyakan mengenai hambatan dalam usaha seperti akses transportasi dan infrastruktur, ia mengatakan, semenjak reformasi, akses transportasi dan kondisi infrastruktur telah berubah menjadi lebih baik. Sejauh ini, dirinya tidak mengalami kendala terkait hal tersebut.
sumber : http://www.pikiran-rakyat.com